Yang Terus Berusaha
Pagi, beberapa hari silam, saya coba log in di blog saya.
Namun malah tertera ‘Blogger tidak tersedia’ sebagai jawaban. Itu artinya saya tak bisa log in. Padahal sebenarnya saya ingin meluangkan sedikit sesak di hati dan pikiran saya.
Sungguh, saya tak bisa untuk terus berdiam diri (disebut menenangkan diri) dan menerima semuanya begitu saja. Mungkin saya egois, saya bukan orang yang baik hingga tak bisa menerima hal yang tidak semestinya itu. Setiap orang itu egois. Dan saya adalah satu dari sekian banyak orang yang tak merasa bahwa diri mereka eogis. Hanya sebatas menilai diri sendiri dengan segala kekurangan yang luput dari keegoisan.
Hari ini, semua berlangsung cukup baik. Hanya saja, muncul ganjalan ketika saya lupa password diary saya. Saya ingin mencurahkan isi hati saya padanya, dan kini tak tahu harus kemana lagi. Password saya pun tak tahu kemana. Semua password lain sudah saya coba tapi nihil. Password yang saya coba berulang-ulang dengan berbagai macam komposisi huruf itu tetap saja gagal. Saya kesal. Bahkan cukup kesal untuk membalikkan meja di depan saya. Entah kenapa kejadian sial beruntun menghampiri saya.
Lepas itu, ada hal lain yang jauh jauh lebih besar. Kali ini, bahkan saya dipersilahkan memasuki gerbang hukum. Menemui penjaga bersenjata bernama polisi. Yang masalahnya saya pun tidak tahu apa. Saya hanya menceritakan apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu, dan entah mengapa semua menjadi sulit. Saya tak ingin semua seperti ini!
Saya benci!
Saya kesal!
Cukupkah semua itu untuk mengeluarkan semuanya? Yah, saya harap tidak.
Sejujurnya, saya sendiri pun tak tahu pasti kapan saya mengubah konsep dan tujuan blog ini yang sebetulnya sebagai tempat tampungan artikel saya yang tak begitu berarti, menjadi ajang curhat mania begini. Yang.. cewek banget. Bukan apa, hanya saja saya jadi tak bisa menemukan kembali feel yang tepat dari semua ini. Lagi-lagi yang tampak hanyalah keputusasaan dan kehampaan belaka.
Kali ini saya benar-benar kacau.
Ada seabrek masalah yang sama sekali belum saya selesaikan.
Satu, buku notulen dan absensi pengurus OSIS yang masih terbengkalai karena faktor kemalasan dan pendukung lainnya. Dua, saya sebagai sie acara yang mengurusi tim samroh untuk tampil di expo pendidikan belum menunjukkan dedikasi yang berarti bagi peran saya itu. Tiga, tugas sekolah yang tetap menumpuk. Empat, segi asmara. Lima, yang paling rumit, urusan film dan proses yang akan kami tempuh. See, saya menyebutnya dengan kami, karena tak hanya saya yang akan menjalani semua keputusan yang terlontar. Namun juga kedua teman saya yang tak tahu apa-apa. Saya bodoh? Terkadang. Namun kali ini fatal. Saya begitu bodoh hingga menceritakan apa yang terjadi pada beberapa orang yang jelas-jelas dekat dengan isi pembicaraan saya. Saya tak menyalahkan orang-orang lain yang juga berusaha keras bagi saya dan teman-teman, meskipun tidak membuahkan hasil. Meskipun jujur saya kecewa berat. Namun, tidak dengan cara ini, kan?
Saya memutuskan mundur total, karena saya tak ingin terus terjebak dalam kekecewaan ini. Betapapun orang bilang kita harus bangkit dari keterpurukan, namun bagi saya bangkit itu tak semudah yang kita kira. Ada proses, dan saya yakin bukan sekarang. Toh, ada seabrek kegiatan yang positif yang mendukung dan juga seseorang yang saya sayangi kan? Begitulah.
OK. Tuhan, ku tahu KAU tidak akan memberikan UJIAN lebih besar dari kemampuanku. Dan kali ini, aku pun ingin begitu. Aku ingin selalu begitu :)
Yang berharap selalu ceria,
vigna sinensis
ex.riri
Namun malah tertera ‘Blogger tidak tersedia’ sebagai jawaban. Itu artinya saya tak bisa log in. Padahal sebenarnya saya ingin meluangkan sedikit sesak di hati dan pikiran saya.
Sungguh, saya tak bisa untuk terus berdiam diri (disebut menenangkan diri) dan menerima semuanya begitu saja. Mungkin saya egois, saya bukan orang yang baik hingga tak bisa menerima hal yang tidak semestinya itu. Setiap orang itu egois. Dan saya adalah satu dari sekian banyak orang yang tak merasa bahwa diri mereka eogis. Hanya sebatas menilai diri sendiri dengan segala kekurangan yang luput dari keegoisan.
Hari ini, semua berlangsung cukup baik. Hanya saja, muncul ganjalan ketika saya lupa password diary saya. Saya ingin mencurahkan isi hati saya padanya, dan kini tak tahu harus kemana lagi. Password saya pun tak tahu kemana. Semua password lain sudah saya coba tapi nihil. Password yang saya coba berulang-ulang dengan berbagai macam komposisi huruf itu tetap saja gagal. Saya kesal. Bahkan cukup kesal untuk membalikkan meja di depan saya. Entah kenapa kejadian sial beruntun menghampiri saya.
Lepas itu, ada hal lain yang jauh jauh lebih besar. Kali ini, bahkan saya dipersilahkan memasuki gerbang hukum. Menemui penjaga bersenjata bernama polisi. Yang masalahnya saya pun tidak tahu apa. Saya hanya menceritakan apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu, dan entah mengapa semua menjadi sulit. Saya tak ingin semua seperti ini!
Saya benci!
Saya kesal!
Cukupkah semua itu untuk mengeluarkan semuanya? Yah, saya harap tidak.
Sejujurnya, saya sendiri pun tak tahu pasti kapan saya mengubah konsep dan tujuan blog ini yang sebetulnya sebagai tempat tampungan artikel saya yang tak begitu berarti, menjadi ajang curhat mania begini. Yang.. cewek banget. Bukan apa, hanya saja saya jadi tak bisa menemukan kembali feel yang tepat dari semua ini. Lagi-lagi yang tampak hanyalah keputusasaan dan kehampaan belaka.
Kali ini saya benar-benar kacau.
Ada seabrek masalah yang sama sekali belum saya selesaikan.
Satu, buku notulen dan absensi pengurus OSIS yang masih terbengkalai karena faktor kemalasan dan pendukung lainnya. Dua, saya sebagai sie acara yang mengurusi tim samroh untuk tampil di expo pendidikan belum menunjukkan dedikasi yang berarti bagi peran saya itu. Tiga, tugas sekolah yang tetap menumpuk. Empat, segi asmara. Lima, yang paling rumit, urusan film dan proses yang akan kami tempuh. See, saya menyebutnya dengan kami, karena tak hanya saya yang akan menjalani semua keputusan yang terlontar. Namun juga kedua teman saya yang tak tahu apa-apa. Saya bodoh? Terkadang. Namun kali ini fatal. Saya begitu bodoh hingga menceritakan apa yang terjadi pada beberapa orang yang jelas-jelas dekat dengan isi pembicaraan saya. Saya tak menyalahkan orang-orang lain yang juga berusaha keras bagi saya dan teman-teman, meskipun tidak membuahkan hasil. Meskipun jujur saya kecewa berat. Namun, tidak dengan cara ini, kan?
Saya memutuskan mundur total, karena saya tak ingin terus terjebak dalam kekecewaan ini. Betapapun orang bilang kita harus bangkit dari keterpurukan, namun bagi saya bangkit itu tak semudah yang kita kira. Ada proses, dan saya yakin bukan sekarang. Toh, ada seabrek kegiatan yang positif yang mendukung dan juga seseorang yang saya sayangi kan? Begitulah.
OK. Tuhan, ku tahu KAU tidak akan memberikan UJIAN lebih besar dari kemampuanku. Dan kali ini, aku pun ingin begitu. Aku ingin selalu begitu :)
Yang berharap selalu ceria,
vigna sinensis
ex.riri
Comments
Post a Comment