Hariku, Harimu, Hari Kita-Kita

Hariku.
Sudah tentu, tiada kata sempurna terlukis pada setiap hari-hariku. Hari yang panjang dan melelahkan. Yang ujung-ujungnya selalu menyilahkan aku membaringkan tubuh yang dibalut kepenatan ini di tempat tidur yang empuk, di kamar yang pengap. Namun di dalam hari dan jiwa yang tak sempurna itu, muncul memoar-memoar indah yang tentu saja takkan bisa terulang lagi. Atas segala kesalahan, kekhilafan, kepolosan, keluguan, ketidaktahuan, kegundahan, dan semuanya. Biarpun mungkin dapat dibilang sebagai pelajaran, aku lebih senang menyebutnya sebagai kisah kenangan. Seburuk apapun itu, toh kita tak akan berhenti disini bukan?
Harimu.
Kadang aku berawal dari memandangi wajah-wajah semua orang di sekitarku. Mencoba memahami karakter dan sikap yang selama ini diagung-agungkan. Bahwa pula tidak ada yang sempurna. Tentu (rasanya kata 'tentu' begitu sering membayang akhir-akhir ini). Ada oposisi, ada komposisi. Ada pula kompilasi dan konspirasi. Dan yang paling sering terdengar, ada KOMPETISI. Cenderung mengalah, dan dianggap kalah mungkin bagiku tak sepenuhnya buruk. Namun dalam hari-harimu yang kuyakin panjang, sesuatu yang berlabel amarah penghinaan itu bergejolak. Oh, sayang. Kenapa tak kau biarkan saja arus itu mengalir? Yah, tapi apa hakku? Ini kan, HARIMU :)

HARI KITA-KITA.
Bisakah kau bayangkan jika kedua bagian diatas tergabung dalam satu waktu, tempat dan keadaan yang sama atau bahkan berlawanan?
Ada ribuan sudut pandang pada kejadian-kejadian besar. Dimana setiap orang memiliki label dan karakter sendiri-sendiri untuk membebeberkan arti harfiah dari apa yang mereka lihat. Bahkan kita. Meskipun hanya berdua. Ada tiga dan bahkan lebih sudut pandang, dengan jutaan prasangka dan kata-kata terucap dalam diri. Padahal itu hanya dua orang. Belum lagi sosok TUHAN yang melihat. Melihat segala kebenaran. Tak perlu dibahas.

Ada lebih banyak ungkapan dari sebuah kelas. Seonggok ruangan dengan anak-anak remaja yang baru lolos kemarin sore untuk keluar malam. Dalam pembicaraan luar ruang, ada trending topic : tugas dan ulangan. Di dalam ruang pun begitu. Hanya saja kali ini lebih intim. Ada tugas-tugas terkendala maupun terkendali, ada ulangan diluar batas atau pun diluar batas ulangan. Ada seloroh dan cibiran baik yang kasar maupun yang lebih halus. Semua ada. Karena pada setiap individu yang tinggal berdampingan selalu ada prasangka. Belum lagi kepercayaan, kejujuran, dan kesetiaan yang digembar-gemborkan seorang gadis yang berdiri angkuh sekaligus ceria disana.
Dalam obrolan para lelaki muda yang sibuk mengejar gadis disana-sini ataupun meluangkan kesenangan dan kesenjangan sesaat, ada kata-kata yang tak bisa dibilang buruk namun tak layak diucapkan. Bahkan beberapa gadis ada disana, asyik bertukar pikiran layaknya remaja lain dengan tema obrolan tak terbatas pada pakem yang berlabel aturan ataupun peraturan.
Tak hanya itu saja, kegaduhan dan kekacauan selalu ada. Biarpun tak semuanya manis, namun tetap sayang jika terlupakan begitu saja.
Hari Kita-Kita, selalu penuh.
Dalam satu detik saja selalu ada kata yang terucap, dan kini kita perpanjang menjadi 24 jam. Enam puluh dikali enam puluh dikali dua puluh empat. Betul bukan? Jujur aku tak pandai menghitung :)
Ah, tak apa. Aku toh tak ngotot.
Maka dari semua itu, tak jarang pada hari kita-kita itu terbentang banyak kesalahpahaman dan permusuhan. Konspirasi yang dijunjung saat hati membeku.
Berjibaku dengan pemikiran-pemirikan buruk yang memabukkan, bukan begitu?
Bahkan selalu ada perselisihan tersembunyi, ucapan dan lirikan pedas yang terlontar secara tak sengaja.
Tentunya aku sama sekali tidak berharap akan menghapus semua itu agar dunia ini mencapai keadilan. Justru karena semua itu segala keserasian elok dipandang. Bagiku, dalam ketidaksempurnaan selalu ada kesempurnaan yang fana. Justru karena adanya perbedaan itu semua elok dipandang. Ada tantangan, ada gelombang yang harus diterjang. Selalu ada pro kontra yang layak untuk dikenang ketika kelak kita hidup masing-masing.
Arus yang kita lalui sudah banyak, yang kita buat pun juga sudah banyak. Namun tak pernah cukup untuk gantikan rasa sedih yang membuncah karena selama satu tahun pelajaran kita selalu bersama menghadapi Hariku yang penuh keegoisan, Harimu yang penuh ketidaktahuanku, dan Hari Kita-Kita yang kadang berdiri sendiri maupun bersama-sama sehingga penuh dengan hal-hal diluar nalar dan dugaan kita.
Kelak, ingatlah pernah ada hari-hari itu. Seburuk apapun itu, akan tetap jadi pelajaran bagi masa depan yang tak terelakkan. Seburuk apapun pula masa depan kita nantinya. Kalaupun tidak, cukuplah disimpan dalam lemari berdebu bernama permata kesetiaan dan kesungguhan agar kelak dapat dibuka dan kembali dilihat isinya sewaktu-waktu oleh diri-diri yang selalu dipenuhi hari-hari tiada henti.

antara kita, XE



vigna sinensis
ex. ri2

Comments

Popular posts from this blog

My Own Steps

Aku Tidak Apa-Apa:)

(Kosong)