Posts

Showing posts from June, 2014

Miracle In Cell No.7

Hai, there. Saya baru nonton Miracle In Cell No.7, nih. Awalnya saya tahu film ini beberapa bulan lalu, setelah nonton EXO’s Showtime. Reality show ini menceritakan tentang boyband EXO dan berbagai hal seputar keseharian mereka. Apapun yang mereka lakukan, sampai tentang masing-masing personel. Sekarang sih, sudah ada EXO First Box ataupun EXO XOXO. Tapi waktu itu reality show macam ini tentang EXO nggak ada, jadi kebayang kan, betapa famous-nya EXO’s Showtime ini. Hehe. Nah, di episode keempatnya mengenai Natal dan tahun baru, EXO mengungkap tentang member-member mereka yang paling sensitif alias perasa. Perasa yang dimaksud adalah berhati lembut alias gampang menangis. Karena berakhir saling tuding antar member, akhirnya diputuskan mereka mengisi malam dengan menonton film yang mengharu biru. Selain sebagai hiburan, menonton film bersama ini juga bertujuan untuk membuktikan prediksi mereka tentang siapa yang paling cengeng di EXO. EXO’s Showtime berbahasa Korea, jadi saya ...

Sahabat Sejalan Seperjalanan

Teruntuk; Dyah, Dewi, Rika, Fauzi. Sahabat terbaik dalam hidup yang singkat dan tak penting ini. Malam ini aku berkumpul dengan teman-teman lain. Bagian persahabatan yang keliru. Entah, di hidup yang serba singkat ini aku seolah makin membuang waktu. Semakin tidak paham dengan apa yang aku mau. Sayang, sayangku. Aku lelah. Aku ingin pulang. Ke kalian. Pada arah yang seharusnya menuntunku ke tempat tidur. Sekadar teman berbagi tangan untuk saling tos dan menyemangati. Aku ingin lagi bertukar kata. Yang tidak baik sekalipun. Sahabat, kalian yang mampu mengekang keinginanku untuk menari. Untuk mengejar apa yang tidak aku mampu. Dan menghujani diri dengan segala kesedihan di mata terakhir. Kasihku. Kasih yang terkasih. Aku rindu. Menjerang mimpi dengan kesederhanaan. Dengan kata kecil yang tak begitu indah, tapi mampu menyunggingkan senyum. Pun mengerutkan dahi. Malam ini aku berlipat merindukan kalian. Aku sedang ada di antara orang-orang yang tak kukenal. Tak kumengerti. Sepenu...

Ruby Sparks

Ruby Sparks. 2012. Pernah nggak sih, kamu berfikir bahwa hadirnya kamu yang sangat mencintai seseorang hanya akan menjadi pengganjalnya dari keberhasilan? Saya mendapatkan gagasan itu dari film Ruby Sparks yang baru saja saya tonton. Tidak benar-benar saya tonton, sih. Hanya sneak review saja. Tepatnya hanya menggeser kursor untuk mempercepat bagian-bagian yang saya anggap menarik. Secara keutuhan sebenarnya saya percaya film itu menarik. Mungkin sejenis filsafat romance (?) saya ngawur kok, hehe. Yang jelas film itu bagi saya adalah film yang menceritakan banyak hal dari yang tak terkatakan secara eksplisit. Pun yang tak terkatakan sama sekali. Film semacam ini sejenis dengan trilogi Before Sunrise, Before Sunset, dan Before Midnight-nya Ethan Hawke. The point is, they just came to chat each other, and found that they becoming theyself when they have time to spend. Talk dan walk. Mungkin saya nggak bisa merasakan cinta yang absurd seperti itu. Maafkan istilah saya. Saya cenderun...