Posts

Showing posts from 2020

Setidaknya Hal-Hal yang Perlu Dibersamai

Tahun ini sudah akan berakhir dan saya kembali merindukan masa-masa yang saya kira lebih baik (dan selalu demikian). Begitu banyak hal terjadi dalam setahun, sehingga saya benar-benar merasa dua tahun sudah lebih dari cukup untuk membiarkan saya menganggur tanpa kejelasan. Namun tahun ini, setelah hampir sepuluh bulan terkungkung pandemi dan membatasi banyak (serta memberikan peluang pada hal lainnya), rupanya saya tak pernah cukup menganggur. Saya kuliah lagi. Belajar lagi (belajar terus). Saya mulai membaca dan menulis. Baik fiksi maupun nonfiksi. Saya menerbitkan antologi puisi saya tahun ini dengan rasa haru luar biasa (tanpa launching , seperti buku pertama saya; bahkan tanpa banyak-banyak bersuara, saya kira). Setidaknya saya sudah memenuhi keinginan saya untuk menulis untuk diri saya sendiri. Untuk saya yang ingin mencintai diri saya sendiri. Untuk saya yang menyukai diri saya sendiri. Buku saya, tentu saja, tak banyak yang tahu karena, tentu saja, siapa saya. Saya mungkin...

Grown Up

Ibu saya menelepon sore ini. Saya selalu merasakan kepenatan yang tak enak setiap kali teleponnya saya terima. Saya tahu saya takut. Akan banyak hal seperti disuruh pulang, ditanyai apakah saya bisa makan, mengabarkan pernikahan saudara, tetapi saya lebih takut pada diri sendiri. Setiap kali saya mendengar suara ibu, saya mendengar diri saya minta tolong. Dalam ibu saya, saya selalu minta tolong. Kali ini, ibu saya memberi kabar tentang seorang saudara yang meninggal dunia. Saya terperanjat, karena saudara yang dimaksud jauh lebih muda dari saya; ia tengah mengenyam pendidikan di suatu kampus di kampung halaman saya. Tipikal pemuda gemilang yang siap mempersembahkan apapun dari dirinya kepada dunia dan keluarganya. Ingatan saya padanya muncul karena kami dulu biasa bermain bersama. Tahun lalu adalah pertemuan terakhir kami mengingat kali ini saya pun tak bisa melayat. Dalam Grown Ups! , sebuah film komedi Adam Sandler, seorang tokohnya mengatakan “ I’m sorry death make me weird ”. Mesk...

Rencana Pembunuhan Terhadap Kubu Pandawa

Image
Bagaimana rasanya punya rahasia? Saya pernah takut dengan rahasia, karena saya memilikinya. Saya tidak ingin orang masuk ke kamar saya, ke diri saya, ke otak saya. Saya senang menempatkan orang-orang di sekitar saya dan mengembalikan mereka pada posisi yang seharusnya tiap kali mereka mendekat. Lalu saya belajar bahwa, rahasia tetap milik saya. Menjadi saya, karena saya tak gemar menjelaskan tentang saya pada orang lain. Pada siapa saja. Saya tak pernah utuh mengisahkan sesuatu atau dikisahkan, sehingga selalu ada rahasia. Menjadi saya. Sejak kecil, saya selalu ingin punya rahasia. Denganku, kamu akan mengetahui rahasia-rahasia . Saya ingin punya teman untuk bisa membagi sorot mata itu. Lalu kami akan menjadi raskal-raskal kecil dalam dunia yang penuh rahasia. Gelap, terang. Berbeda dengan saya, rahasia selalu utuh. Saya bisa memahami dan mengalaminya sepenuhnya tetapi selayaknya rahasia pada umumnya, saya tak perlu menceritakannya kepada siapa-siapa. Rahasia menjaga kewarasan saya, da...