(Kosong)

Kalau suatu saat saya bisa merasakan betapa Tuhan memberikan banyak karunia dan keagungannya pada kehidupan saya, pada saat lain saya bisa menghujat semua yang diberikan olehNYA tanpa peduli hal-hal apa yang telah saya lalui karenaNYA. Pada dasarnya saya tahu saya adalah orang yang tidak konsisten. Dan saya rasa banyak orang yang begitu. Tidak adanya suatu kepastian bukan sebab musabab ketidakkonsistenan. Hanya saja, semua itu sekali lagi bergantung dengan yang dinamakan situasi dan kondisi. Dimana tidak selalu sama, dan memang TIDAK PERNAH SAMA.
Ada kalanya saya rasa zona kehidupan berputar begitu lambat dan monoton hingga membuat saya jenuh dengan apa saja yang ada disekitar saya. Hingga harus membuat saya vakum untuk beberapa waktu dari segala aktivitas dan kesibukan agar saya tak terjebak dalam bad mood. Namun kembali lagi beberapa saat setelah mendapatkan sesuatu yang menarik (misalnya kesegaran setelah tidur?) dalam mood yang jauh jauh lebih baik dan tentunya terkendali.
Orang-orang lain dapat melakukan hal yang lebih baik dari yang saya lakukan. Tengoklah. Si Ibu pembuat nasi goreng dapat membolak-balik nasi dengan spatula secara lihai tanpa ada nasi yang tercecer di dekat penggorengan. Saya yakin banyak dari kita yang tidak bisa. Ada pemuda-pemuda berpakaian oranye yang membersihkan jalanan tanpa kenal lelah dengan sapu ijuk sebagai senjata dan gerobak sampah sebagai amunisi. HAHA. Mereka bisa menyapu lebih baik dari kita dan mereka jauh lebih perkasa dari kita. Mungkin saya rasa beberapa dari kita tak pernah merasakan keperkasaan Tuhan ketika kita menyaksikan keahlian orang lain itu. Yang secara otomatis memproyeksikan diri kita sendiri untuk terus mengamati hal-hal itu tanpa harus merasa bersyukur akan keagungan Tuhan. Ya? Benarkah?
Hidup ini unik.
Ada bagian-bagian hidup yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata (apalagi oleh penulis seperti saya). Senior saya selalu berkata bahwa selalu ada puncak tertinggi lain untuk diraih. Selalu ada langkah lagi dibalik langkah keseribu, kesejuta, dan ratusan juta langkah lainnya.
Kadangkala ada beberapa orang yang selalu merasa sedih ataupun mengumpat nasibnya jika melihat keahlian yang dimiliki orang lain. Menyesal, kecewa, mengeluh, dan lain sebagainya. Entah karena mereka sebenarnya mampu melakukan keahlian itu, hanya saja tak terlihat dunia, atau mereka iri setengah mati akan keahlian yang dimiliki orang lain itu. Entahlah. Saya pun tak tahu pasti. Saya sendiri sempat merasakannya.
BISA menulis, menyanyi, menari, berakting, bekerja, belajar, berdansa, berpuisi, dan lain sebagainya bukan kualifikasi utama untuk tersorot rupanya. Ya, kan? :)
Ada peran sosok lain bernama dewi fortuna. Keberuntungan. Yang sangat menyokong kita untuk mendapatkan apa yang kita maui : sorot dunia.

Namun kita lupa, dewi fortuna tergerakkan oleh kuasa lain. Adalah Tuhan. Aneh ya. Padahal suatu waktu kita bisa merasakan betapa kecewanya kita terhadap nasib dan takdir yang diberikan Tuhan. Tapi kita sama sekali tak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah kita akan tetap terkungkung dalam 'kebisaan' kita? Atau bahkan merayap menggapai puncak yang terus selalu tampak? Atau pula mencapai kegemilangan yang telah tercapai. Samar memang, yang namanya keagungan Tuhan itu. Saya pun merasakannya. Ah, bukankah itu tak penting? Yang terpenting adalah bagaimana cara kita mensyukurinya. Bukankah itu keyakinan yang selama ini kita pegang? (Mungkin saya terlalu lumpuh untuk sekedar mendobrak pakem dari 'yang selama ini kita pegang'. Ya, tentu). Saya toh, bukan seorang filsuf. Meskipun untuk itu tak diperlukan menjadi seorang filsuf.

Yang berusaha kita dapatkan dan yang kita harapkan terkadang pula berbeda. Otot dan otak yang digerakkan oleh keinginan orang tua -mungkin-. Dan hati yang berkata lain. Sejujurnya, saya masih klise dengan semua itu. Saya pernah membaca, bahwa pekerjaan yang dilalui dengan hati, maka akan baik hasilnya. Tapi saya kadang ingat pula, bahwa apapun yang dipilihkan orang tua tentu demi kebahagiaan kita juga, dan takkan pernah meleset.
Yah, logika dan logika. Selalu tak sama, selalu berbeda.
Bedanya, ada logis sebagai buah logika. Ada pula perasaan yang turut serta. Dengan ini, semakin menegaskan kan? Bahwa hidup ini rumit. Tak sekedar ini atau itu. Tapi bisa ini-itu. Bisa segalanya. Lihat saja posting-an ini. Kacau, bukan? HAHAHA. Sudah saya bilang, inilah hidup yang unik:)
Realita dan realitas yang berusaha saya lalui.

throw your dream to your think :)


vigna sinensis
ex.ri2

Comments

  1. hmmm..... "bermainlah puzzle dengan tuhan"




    can you listening this song?? ebiet g ade-dengarkanlah kata kataku...


    good writing, kacang panjang.
    :-)

    ReplyDelete
  2. No. I think I agree with the statement about life is a game.
    But puzzle?? No.
    I guess more like to playing hide and seek for my life.

    oh. Of course I can. I have ear? Isn't it?

    thanks.

    ReplyDelete
  3. hhhhmmmmm.......pemikiran anda masih jauhh....seperti peceren kelihatan dalam padahal dangkal...

    hmmm...bsakah anda jelaskan maksud anda???


    mencoba seberapa jauh pikiran kacang panjang.....

    ReplyDelete
  4. :)
    mungkin pendapat tiang listrik diatas comberan seperti anda bisa saya pertimbangkan.

    tidak mau:)
    saya tidak menjelaskan untuk dijajal kejauhan pemikiran saya yang bahkan tidak anda gapai.
    adanya pemikiran saya adalah sebagaimana diri saya adanya dan saya belajar berulang kali untuk tidak hanya speak up.

    Oh, rasanya kasihan sekali anda:)
    saya berdoa untuk kedalaman pemikiran anda:)

    ReplyDelete
  5. hmmm..... :-) juga...
    ya sudahlah... pemikiran masing masing berbeda...
    dan kedewasaan orang berbeda tergantung masing masing individu...


    semua orang punya pendapat masing masing... :-)
    tapi kita pasti tahu kualitas masing masing.

    ReplyDelete
  6. ya.

    kualitas : orang ketiga serba tahu.

    saya bilang.
    kepuasan : orang pertama pelaku utama, sampingan.

    not hope u will understood.

    ReplyDelete
  7. hmm... anda tidak berharap, saya sudah tahu.

    :)
    enough for this...
    waiting next chapter hhehe

    ReplyDelete
  8. saya tidak berharap anda tahu. setahu2nya anda tetap saya yang paling tahu.
    pun Tuhan.

    I beg yours.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

My Own Steps

Aku Tidak Apa-Apa:)