Posts

Showing posts from August, 2011

Kesekian Kalinya

Siapa sih yang nggak kesel kalo kita bertengkar pas bulan puasa? Sampe harus batalin semua pekerjaan baru yang udah digarap susah-susah. Well, saya bukan orang yang sabar *kan? jadi saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar bertengkar cuma-cuma. Toh hasil akhirnya sama : menyakiti saya . Mereka memang tidak mau mengerti. Dan tidak pernah mengerti. Saya. Pemikiran saya. Hidup saya. Bahkan setiap kegiatan saya. Mereka cenderung tipe orang-orang tua pemikir kolot yang masih terbawa-bawa pola pikir yang udah bau dan juga sibuk 'balas dendam' ke generasi selanjutnya karena apa? karena mereka dulu begitu . Simple sih. Tergantung cara kita manfaatinnya aja. Kalo saya, sibuk dengan mengerjakan hal-hal yang justru makin 'tidak terendus'. Semisal nggak pamit, nggak ngomong dan sebagainya. Hal ini nggak berpengaruh apa-apa sih. Cuma cenderung salah satu bentuk ketidaksetujuan dan ketidaksukaan kita. Saya mungkin yakin bisa hidup sendiri tanpa mereka. Tapi bagaimanapun...

Tutup Telinga

Haha. Sungguh menyebalkan. Malam ini adalah malam terakhir menikmati sekolah. Meskipun cuma pondok ramadhan namun nyatanya tetap saja dalam konteks sekolah yang sangat dicintai. Namun saat ini rupanya masih saja setia keruwetan itu menghampiri saya. Ah, saya ini bukan life freak yang selalu bisa bersyukur dengan sempurna. Tetap saja ada batas kesabaran (nyatanya, batas kesabaran saya tipis sekali --" dan harus lekas dipertebal). Seperti sekarang. Terantuk di saat seperti ini memang nggak sepenuhnya enak. Kenapa saya bilang begitu, karena selain bisa mempertebal yang namanya kesabaran itu tadi, harus melihat pekerjaan yang bertumpuk tanpa bisa berbuat apapun itu rasanya sangat menyebalkan sekali! Bukankah saya sudah pernah bilang pada post terdahulu? Saya paling tidak suka diam ketika ada sesuatu yang bisa saya kerjakan ataupun saya lakukan. Dan pekerjaan ini mendesak. Besok. Namun apa daya. Saya pun tak bisa berbuat lebih banyak dari sekedar meratap *cih dan memperbaiki secara ...

Rindu Itu Sesak

Cuma mau bilang, begitu merindumu, Papa. Mungkin saat ini kasih sayang itu tiada pernah habis terekspresikan. Sosok yang begitu tersayangi selama ini tak pernah kurang terisi. Bahkan berlebih. Namun sosokmu tiada pernah terganti. Saat keraguan, hanya engkau Papa yang punya ketegasan dan kebijaksanaan yang tidak dimiliki seorang ibu untuk mengakhirinya. Tiada pernah, Papa, kulupakan jejak bayangmu yang selalu terasa. Kendatipun tak pernah kumengerti, arti hadirmu begitu besar dan semu. Papa, izinkan aku memelukmu. Kendati kau tak muda lagi, kau tak sehat lagi, rambutmu tak hitam lagi, cintamu semakin menipis terasa. Namun ingatlah Papa. Aku berjanji tak akan pernah melupakan helaan napas kekar yang kau hembuskan ketika lelah menyergapmu seusai berjuang. Demiku, demi dia, demi mereka. Tiada hina kutuliskan untukmu, Papa. Kendati aku pun tahu kau siapa. Jika selama ini hanya kau yang selalu berusaha memelukku tapi aku tak bisa, kali ini izinkan aku Papa, untuk balas menyayangimu denga...

My Best Pals :')

Lupakan kata-kata yang selama ini menjadi 'saya banget' dan mari kita berbelok ke dunia remaja sebenar-benarnya. Yang saya alami sendiri dengan pernak-pernik remaja yang tentu saja tiada habisnya. Sejujurnya, tak pernah ada rasa senang ketika saya harus naik ke kelas XI dan berpisah dengan teman-teman dari kelas XE tercinta :* kelas super blehar, nakal, yang di cap sok dan individualis oleh kelas lain tapi sebenarnya, kami punya lebih dari itu yang sama sekali nggak mereka mengerti, dan hanya langsung di judge begitu saja dari penampilan luar kami. Kelas ini memang nggak jadi markasnya orang-orang super duper jenius yang tersebar di jagat raya SMA Negeri 1 Probolinggo. Pun nggak jadi kelas orang-orang yang selalu kompak dan pamer kebersamaan disana-sini. Tapi kami apa adanya kami. Just the way we are. Nggak dipinter-pinterin, malah dibiarin aja apa adanya (begonya) sampe kenaikan kelas. Nggak dikompak-kompakin ataupun pamer kebersamaan karena emang adanya kayak gitu. Kalo k...

Why So Serious?

Sesungguhnya saya pernah dengar almarhumah ibu saya berucap suatu kali, "tidak akan pernah ada orang yang bisa mengerti dan mengenal diri kita sebaik kita sendiri. bahkan suami." Mungkin saat itu saya masih terlampau kecil untuk bertanya banyak hal dan hanya mampu menatapnya tak mengerti. Namun, hingga masa remaja saya, kata-kata itulah yang terus terngiang ketika saya menghadapi seseorang yang sama sekali tidak bertemu jalan pikirannya dengan saya. Saya rasa ucapan ibu itu benar. Setiap kali saya mencoba mengatakan sesuatu tentang itu, tak ada orang yang paham ataupun menaruh perhatian sebesar ibu. Hanya sambil lalu yang kemudian tak lagi terbahas ataupun teringat. Nampaknya saya pun juga setuju dengan pendapat bahwa kita dilahirkan berbeda. Biarpun Tuhan bernah 'bersabda' bahwa kedudukan semua manusia itu sama, tapi sesungguhnya hanya amal ibadah yang jadi pembeda. Tetap saja bagi saya itu berbeda. Ya toh?:) Sedalam apapun saya hanya saya dan Tuhan yang tahu. Seba...

Aku Tidak Apa-Apa:)

Ah, gila aja rasanya. Aku nggak percaya akan melakukan hal itu. Tapi aku tahu dulu bahwa aku akan dan pasti melakukannya. Apapun kondisinya. Ya.. mungkin seperti biasa, pada remaja kebanyakan yang menderita cinta monyet sindrome hal ini sudah biasa. Rasa penasaran yang menggebu dan ingin segera dituntaskan tanpa peduli jadi seperti apa nantinya. Oke. Aku nggak pengen nulis sesuatu yang ambigu, aku pun nggak ingin menulis sesuatu dengan terlalu jelas. Ingin sesuai dengan porsi saya pada siang hari ini, tanpa menuntaskan rasa pedih yang pastinya ada di hati. Well. Biasanya saat Ramadhan begini saya memang selalu sendiri (baca:jomblo). Haha. Pada kategori itu sama sekali saya tidak bermaksud demikian. Hanya saja ya.. bisa disebut kebetulan beruntun setiap tahunnya #pembelaan right? Berhenti mengawali alinea dengan satu kata yang isinya cuma helaan napas panjang tanpa ada arti tertentu. Saya belajar lagi perasaan-perasaan manusia yang lain. Sifat yang biasanya kita anggap sambil lalu, namu...

My Own Steps

Ah, sudah kembali menginjak bulan Ramadhan:) Seperti yang didengung-dengungkan. Inilah bulan penuh berkah dan penuh rahmat. Meskipun yang saya sadari berkah dan rahmat Tuhan selalu turun setiap saat. Bahkan pada jemari saya yang sedang menuliskan kata-kata ini. Di tempat-tempat ternista sekalipun. Hari ini saya berpuasa dengan melewatkan kesempatan sahur. Ya, bisa saya bilang sial. Namun bisa juga saya bilang tak ada manfaat apapun bagi saya. Lapar? Sekalipun saya sahur dan menghabiskan sebakul nasi sendirian, rasa lapar adalah sifat harfiah dari setiap manusia yang memang tak pernah berkesudahan. Ya ya. Bagus juga prospek bulan Ramadhan kali ini. Sesungguhnya dalam Ramadhan kali ini tak ada yang saya harapkan betul. Segala yang saya inginkan bisa dibilang mustahil dan harus segera saya lupakan. Saya hanya berharap bisa full. Itu saja. Mengenai euforia Hari Raya Idul Fitri yang bagi saya selama ini hanyalah embel-embel dari gerakan pasar untuk menggebrak jumlah pembeli tak lagi saya hi...