Rindu Itu Sesak

Cuma mau bilang, begitu merindumu, Papa.
Mungkin saat ini kasih sayang itu tiada pernah habis terekspresikan. Sosok yang begitu tersayangi selama ini tak pernah kurang terisi. Bahkan berlebih. Namun sosokmu tiada pernah terganti.
Saat keraguan, hanya engkau Papa yang punya ketegasan dan kebijaksanaan yang tidak dimiliki seorang ibu untuk mengakhirinya. Tiada pernah, Papa, kulupakan jejak bayangmu yang selalu terasa. Kendatipun tak pernah kumengerti, arti hadirmu begitu besar dan semu.
Papa, izinkan aku memelukmu. Kendati kau tak muda lagi, kau tak sehat lagi, rambutmu tak hitam lagi, cintamu semakin menipis terasa. Namun ingatlah Papa. Aku berjanji tak akan pernah melupakan helaan napas kekar yang kau hembuskan ketika lelah menyergapmu seusai berjuang. Demiku, demi dia, demi mereka. Tiada hina kutuliskan untukmu, Papa. Kendati aku pun tahu kau siapa.
Jika selama ini hanya kau yang selalu berusaha memelukku tapi aku tak bisa, kali ini izinkan aku Papa, untuk balas menyayangimu dengan segenap usiaku. Tanpa kulupakan berdepa-depa kesalahan, masa lalu, dan sakit yang telah tergores. Dengan hormat kujunjung diri dan jiwamu yang selalu suci terlihat.
Aku memang masih naif, Papa. Tapi tidak sekalipun aku berpikir lain kendati kelak aku tak lagi sekecil sekarang. Boleh semua bilang aku masih tak paham ataupun tak akan pernah mengerti.
Tapi ingatlah, Papa. Kendati semuanya berkata begitu, kau boleh percaya padaku Papa. Karena hanya aku yang tahu ukuran yang tepat untuk porsiku di sisi dan hatimu. Aku paham hatiku sendiri, Papa. Itu yang lebih penting sebelum aku menguji orang lain.
Papaku tersayang, tak mungkin kau baca ini memang.
Tapi kendatipun tak kau lihat sedikitpun, ruasan air mata yang terus mengalir ini tak bisa terkendali. Aku menulis apa yang ingin kukatakan Papa. Jari ini bergerak sesuai kemauan hati tanpa bisa otakku yang malas ini berlogika.
Papa, Papa. (aku ingin berbisik lirih kala mengucapkannya)
Bisa kau tak percaya aku. Bisa kau lindungi aku. Bisa kau selimuti aku. Tapi sejahat apapun engkau Papa, seburuk apapun engkau kata mereka, aku tak pernah gentar. Aku tak pernah berusaha menyiratkan rasa kesal dan jijikku padamu. Tak terbersit Papa. Saat aku butuh waktu dan saat aku merasakan cukup, hanya kau yang mengerti, Papa.

Papa, Papa, Papa.
Tak abadi memang tulisan ini terukir. Tak abadi memang hati ini berjanji. Tak abadi memang mata ini berair, karenamu. Namun abadi janji Tuhan itu Papa. Yang akan mempertemukanku dengan orang-orang yang paling kusayangi. Tak terelak kau dan ia Papa. Janji Tuhan jauh lebih abadi daripada janjiku Papa. Oleh karena itu, aku berjanji atas nama Tuhan Papa. Aku berjanji menyayangimu. AKu berjanji menyanggupinya Papa.
Seburuk apapun aku, engkau mungkin tahu. Namun sedalam apapun engkau, hanya engkau yang tahu.

Aku merindukanmu, jauh di dalam hatiku.
Aku merindukanmu, untuk aku tahu.
Biarpun kau tak tahu.


vigna sinensis

Comments

Popular posts from this blog

My Own Steps

Aku Tidak Apa-Apa:)

(Kosong)