Something Strange
Terkadang
saya berharap orang memperlakukan saya seperti halnya saya memperlakukan
mereka.
Baik
ketika saya benar-benar peduli pada seseorang, hingga ketika saya benar-benar
tak peduli pada seseorang.
Terkadang
saya berharap hal yang sederhana dan rumit sehingga kontradiktif ini terjadi
dalam hidup saya. Dalam kebanyakan babak hidup yang saya lalui, terutama yang
saya sadari.
Namun
itulah hidup. Itulah manusia. Manusia yang selalu memiliki pengharapan akan
hal-hal yang terjadi pada dirinya atau hal yang sekiranya bisa ia lakukan.
Manusia yang tidak akan pernah sesuai dengan ekspektasi orang lain akan dirinya.
Dan hidup yang terkadang menjadi begitu culas mencurangi kita. Atau membuai
kita seakan kita adalah penumpang.
Sama
halnya seperti ketika saya berharap bahwa orang mengerti apa yang saya lakukan.
Orang mengerti perjuangan dan kerja keras saya. Orang akan melihat betapa
sering saya memperjuangkan sesuatu dari yang sekecil nyala lilin hingga sebuah
pementasan besar. Saya berharap orang mengerti apa yang saya rasakan terhadap
mereka. Dan tidak pernah menuntut saya menjadi apa yang tidak saya kehendaki.
Saya
berharap orang mengerti rasa sakit seperti halnya saya.
Sehingga
mereka dapat mengerti kebahagiaan dan apa yang saya lakukan untuk mencapainya.
Sehingga mereka dapat memahami pijakan-pijakan saya yang tak pernah kuat.
Sehingga
orang-orang itu, terutama yang tak berperasaan, dapat bersyukur dan
bersenang-senang dengan hidup mereka sendiri. Tanpa perlu mengusik saya,
mengganggu saya, atau mencemooh saya.
Sehingga
orang-orang yang saya perjuangkan, saya pedulikan, saya kasihi itu dapat
memperlakukan saya dengan kejujuran yang tak pahit.
Ini
memoar tentang kepahitan. Tentang egoisme.
Mengenai
bagaimana rasanya tidak dimengerti. Bagaimana rasanya dikesekiankan. Bagaimana rasanya
dianggap humor. Bagaimana rasanya dianggap remeh. Hingga bagaimana rasanya
tidak dianggap apa-apa.
Mengapa
tak berbalik saja? Saya berharap orang-orang yang saya tak pedulikan, yang
sekeras apapun mereka bicara itu hanya berhenti di balik bahu saya, dan bahkan
tak saya ketahui kehadirannya di dunia saya, bisa berbalik tidak memedulikan
saya. Tidak pernah memprotes atau menyindir cara berpakaian saya. Cara bicara
saya. Pergaulan saya. Tingkat religius saya. Hingga pandangan saya. Dan
orang-orang yang saya pedulikan, yang saya kasihi dan selalu saya harapkan keselamatannya,
bisa berbalik memedulikan saya.
Andai
bisa semudah itu. Tulisan ini takkan terwujud.
Nyatanya
saya selalu bercelah. Mungkin saya hanya perlu orang-orang yang tak memedulikan
celah itu. Atau malah menganggapnya sebagai hal yang baik.
Saya
hanya lelah. Dianggap angin oleh kepedulian-kepedulian saya sendiri. Yang sebenarnya
juga berasal dari pengharapan-pengharapan saya. Dan lelah. Dianggap penting
oleh hal-hal yang tidak saya inginkan kehadirannya sebab saya lakukan apa yang
ingin saya lakukan.
Saya
lelah larut.
Hingar bingar yang tidak saya
mengerti.
Comments
Post a Comment